LOMBA CURHAT REMAJA
ANTI MACET
Dear : Petinggi Negara.
Saya anak bangsa
Tiga tahun yang lalu, mungkin tepatnya akhir Januari 2005. Saya pulang kampung ke
Seminggu berlalu dengan sangat cepat, dan saya harus kembali lagi ke
Yaaa… kurang lebih 1 KM dari Bandara macet total tak dapat dihindari, semua mobil diam ditempat, seakan kehabisan bensin untuk melanjutkan perjalanan. Rasa bosan sudah menghampiri saya mungkin karena terlalu lama menunggu didalam mobil, akhirnya saya keluar dari dalam mobil, dan mencari informasi apa yang sebenarnya sedang terjadi.
Informasi pun dengan mudah saya dapat, ternyata kemacetan ini terjadi karena Bapak
Ingin sekali saya mendapatkan penjelasan konkrit dari semua ini, beliau semua petinggi negara terutama presiden, yang kami pilih dengan hati nurani, tetapi kenapa kalian harus takut untuk menggunakan jalan raya selayaknya.
Dan kenapa pula, kami harus bermacet-macet, untuk menyediakan jalanan kosong demi kalian petinggi negara, yang sudah kami pilih ini.
Atau, kalian ingin menunjukan kekuasaan yang telah kami berikan, dengan menggunakan mobil-mobil mewah yang berbaris rapi, berjalan kencang karena jalanan yang dikosongkan demi kalian, ditambah kawalan super ketat didepan dan dibelakang barisan mobil mewah kalian.
Atau kah, ada pasal yang mengharuskan semuanya,??? sekali lagi saya minta maaf, karena jujur saya pun tidak pernah tahu adanya aturan yang mengharuskan petinggi negara tidak boleh merasakan macet.
Dan itu bukan kejadian yang pertama untuk saya, kejadian berikutnya adalah ketika saya baru memasuki bidang baru dalam hidup. Yaitu kuliah dan menjadi mahasiswa yang tidak menggunakan seragam.
Kejadian pertama ;
Saya kekampus melewati Pancoran. Sudah lama menunggu nyalanya lampu hijau yang ada dilampu merah. Panas terik matahari-pun tak tertahan lagi, seperti sedang mengusap-ngusap kepala, dan ingin menunjukan rasa kasih sayangnya.
Akhirnya lampu kuning menyala seakan berbicara, “bersiap-siaplah kalian semua untuk melanjutkan perjalan, dan hati-hati dijalan,”. Saya pun memasukan gigi motor yang sedang saya kendarai, ingin segara menarik gas dan melaju menghindari kasih sayang yang diberikan oleh sang matahari.
Tetapi semuanya terhenti banyaknya Polisi Militer (PM) menghadang didepan kami yang ingin melaju, ternyata lagi, lagi, lagi, dan lagi mobil-mobil mewah yang berwana hitam melintas dengan cepatnya tanpa ingin merasakan lampu merah. Walaupun saya yakini, didalam mobil mewah itu tidak akan merasakan kasih sayang sang matahari yang selalu ingin mengusap-usap kepala.
Sedih rasa hati ini melihat kekuasaan yang sangat hebat, bisa menerobos lampu merah dengan mudahnya tanpa harus merasakan nikmatnya tilangan polisi.
Kejadian kedua ;
Tetap dengan situasi yang sama, saya tetap mengendarai motor untuk pergi ke-kampus. Setelah melewati lampu merah pancoran, semua kendaraan berbondong-bondong memacu kecepatan untuk lekas sampai tempat tujuan. Saya pun ingin segera sampai ke Universitas SAHID tempat dimana saya sekarang menuntut ilmu.
Konsentrasi membawa motor sedang saya lakukan, pandangan tetap fokus kedepan. Tiba-tiba bunyi klason yang rasanya dapat memecahkan gendang telinga. Tidak lama setelah bunyi itu, lagi-lagi Polisi Militer dengan motornya yang sangat gagah, menyuruh saya menyingkir dari tengah jalan raya yang sedang saya nikmati.
Apa daya, saya-pun segera merapat kepinggir bersama mobil dan motor lainnya. Hanya untuk memberikan jalanan kosong anti macet kepada petinggi negara kami. Yang sudah kami pilih, dan kami berikan kekuasaan untuk mengatur negara ini.
Demikianlah CURAHAN HATI saya sebagai remaja yang mungkin kurang mengerti aturan-aturan yang harus selalu penguasa negara terima. Dan dengan ini saya lontarkan permohonan maaf saya kepada petinggi-petinggi negara yang selalu merasakan kelancaran berkendaraan di DKI Jakarta yang terkenal dengan kemacetannya.
Terima kasih.
Hormat Saya,
Essi Astiyanti Ered
tapi ya capek"in gue bikin aja gak jadi gue kirim dech!!!
3 komentar:
apakah lomba ini dilombakan secara resmi dan legal??? klo iya, ikutan dong..
begitulah rakyat....
yang pemimpin di puja, rakyatnya menderita
tapi bukannya itu buat keamanan pak presiden. kalo tiba2 di tengah jalan ada penjahat yang nembak gmn?
mending presiden pake heli ajeh, biar ga ganggu jalanan
Posting Komentar